TOPIK » NASIB ANAS DI DEMOKRAT
JAKARTA, RIMANEWS - Partai Demokrat kini dihempas badai besar. Elektabilitas partai berkuasa itu kian anjlok. Hanya dalam tempo delapan bulan melorot tajam hingga 7%.
Pada Juni 2011, elektabilitas partai pemenang pemilu 2009 itu masih bertengger di posisi 21%. Namun, berdasarkan survei Lembaga Survei Indonesia pada Januari 2012, tingkat elektabilitas partai tersebut tinggal 14%.
Tingkatan itu berada di bawah partai-partai yang menjadi rival utama Demokrat, yakni PDIP (19%) dan Partai Golkar (18%).
Kemerosotan tersebut, menurut pengakuan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman, justru dipicu ulah kader partai sendiri. Terungkapnya kasus korupsi Wisma Atlet yang awalnya hanya menyeret mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, bagai lidah api kemudian menjalar ke mana-mana.
Nazaruddin, sejak buron hingga tertangkap di Cartagena, Kolombia, Agustus tahun lalu, berulang kali bernyanyi bahwa sejumlah tokoh Demokrat termasuk Ketua Umum Anas Urbaningrum terlibat kasus dugaan korupsi proyek Wisma Atlet maupun proyek Hambalang.
Nyanyian Nazaruddin selalu dianggap sebagai halusinasi. Tetapi fakta di persidangan justru berbicara lain. Dalam sidang kasus suap Wisma Atlet dengan terdakwa Nazaruddin, dua saksi kunci yakni Yulianis, mantan Wakil Direktur Keuangan PT Permai Grup, dan Mindo Rosalina Manulang, Direktur Pemasaran PT Anak Negeri, tanpa sungkan menyebut keterlibatan Anas.
Seperti biasa, Anas menyangkal semua tudingan miring itu. Selain Anas, kader Demokrat lain yang kerap disebut ialah Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh, dan Mirwan Amir.
Meski nama Anas kerap disebut dalam persidangan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bergeming. Status hukum Anas yang mengambang dirasakan elite Demokrat sebagai penyanderaan oleh KPK. Sebab, Demokrat baru bisa mencopot Anas jika ia sudah menjadi tersangka.
Rapat Dewan Pembina Partai Demokrat di Cikeas pada Selasa (24/1) dengan salah satu agenda mengevaluasi Anas, menunjukkan Demokrat sungguh sedang risau. Apalagi setelah pertemuan itu, elite Demokrat mengungkapkan bahwa sedang disiapkan skenario penggantian Anas jika ia menjadi tersangka.
Kita yakin keberanian Demokrat menonaktifkan kadernya yang diduga terlibat korupsi akan mengangkat kembali citra partai itu sekaligus membangun budaya politik yang tahu malu, bukan memalukan.
Kita juga ingatkan KPK agar segera menetapkan status hukum Anas. Semakin lama menggantung status Anas, KPK akan dituding sedang memainkan politik pesanan. Tak elok kan tuduhan itu?
SBY Akan Bicara Empat Mata dengan Anas
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Soekarwo menyatakan, Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono akan memanggil Anas Urbaningrum untuk membahas kasus yang membelit ketua umum partai berlambang Mercy tersebut.
Menurut dia, SBY menjanjikan hal itu ketika melakukan pertemuan bersama anggota Dewan Pembina lain, Selasa lalu.
Yang pasti, kata Soekarwo, dalam pertemuan dengan Dewan Pembina di Cikeas itu, SBY berjanji segera menyelesaikan kasus ini dengan memanggil Anas untuk berbicara empat mata. "Solusinya hanya satu, akan ada pembicaraan antara Ketua Dewan Pembina dan Ketua Umum," ujarnya.
Dari pembicaraan empat mata ini, kata Soekarwo, diharapkan akan ada solusi terbaik bagi partai. Solusi itu, masih menurut Soekarwo, juga tidak menjatuhkan atau memojokkan Anas.
Dikatakannya, berbagai skenario telah disiapkan jika Anas nantinya terpaksa meletakkan kedudukannya sebagai ketua umum partai. Skenario ini dibahas dalam pertemuan Selasa itu. "Sudah dua minggu sebelum tanggal 24 (Januari 2012), Pak SBY telah minta pendapat seluruh DPD," ujar Soekarwo.
Soekarwo mengatakan, jika Anas Urbaningrum terpaksa meletakkan posisinya di partai, hal itu akan bersifat permanen. Ia menyatakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Demokrat secara jelas menyatakan hal ini. "Tidak ada yang sementara. Kalau berhenti, ya seterusnya," ujar Soekarwo, seusai salat Jumat, di kantor Gubernur Jawa Timur, Surabaya, kemarin.
Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat, E.E. Mangindaan juga menyatakan, ada kemungkinan partai mengadakan kongres luar biasa jika Anas memang terlibat. "Kalau memang terlibat dan sebagainya, ya, KLB. Kami tidak berpikir ke sana dulu. Sebab, ranah hukum belum ada titik terang," katanya, seusai rapat di kantor Wakil Presiden, Jakarta, kemarin. Ia menampik kabar ada desakan agar Anas mundur dari jabatan ketua umum.
Eep: SBY Selamatkan Keluarga, Demokrat, dan 2014
Pengamat politik Eep Saefulloh Fatah, menilai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sedang berupaya mengamankan tiga hal. Ini untuk menghindari kemungkinan terburuk bergulirnya kasus Muhammad Nazaruddin.
Tiga hal yang hendak diselamatkan SBY adalah keluarganya, Partai Demokrat, dan kepentingan SBY di Pemilihan Umum 2014. "Itu prioritas SBY. Hal apa pun yang bisa membahayakan tiga itu, saya rasa akan ditindak," kata Eep ketika dihubungi Rabu, 25 Januari 2012.
Eep menyatakan ini menanggapi pertemuan SBY dengan Dewan Pembina Demokrat Selasa malam lalu, dan dengan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum, Senin malam lalu di kediamannya, Puri Cikeas, Bogor.
Posisi Anas di Demokrat mulai goyah setelah namanya disebut terlibat dalam sejumlah proyek pemerintah. Bekas Bendahara Umum Demokrat, Muhammad Nazaruddin, menuding Anas terlibat proyek pembangunan Stadion Hambalang, Sentul, dan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Tak hanya Nazar yang menyerang Anas. Anak buah Nazar di Grup Permai, Mindo Rosalina Manulang, juga menyebut Anas sempat aktif di perusahaan mereka. Pengakuan Rosa dibenarkan terpidana kasus suap Wisma Atlet Jakabaring, Mohammad El Idris, yang mengaku pernah melihat Anas di Graha Permai, Casablanca, Jakarta Selatan. (IRB/RM/Mediaindonesia/Tempo)
KPK Penentu Nasib Anas Urbaningrum di Demokrat
Yogi Mardilah
0