BILANGAN
1.1. BERBAGAI JENIS BILANGAN
Didalam pemrograman dengan bahasa assembler, bisa digunakan berbagai
jenis bilangan. Jenis bilangan yang bisa digunakan, yaitu: Bilangan biner,
oktaf, desimal dan hexadesimal. Pemahaman terhadap jenis-jenis bilangan ini
adalah penting, karena akan sangat membantu kita dalam pemrograman yang
sesungguhnya.
1.1.1. BILANGAN BINER
Sebenarnya semua bilangan, data maupun program itu sendiri akan
diterjemahkan oleh komputer ke dalam bentuk biner. Jadi pendefinisisan data
dengan jenis bilangan apapun(Desimal, oktaf dan hexadesimal) akan selalu
diterjemahkan oleh komputer ke dalam bentuk biner.
Bilangan biner adalah bilangan yang hanya terdiri atas 2
kemungkinan(Berbasis dua), yaitu 0 dan 1. Karena berbasis 2, maka
pengkorversian ke dalam bentuk desimal adalah dengan mengalikan suku ke-N
dengan 2N. Contohnya: bilangan biner 01112 = (0 X 23) + (1 X 22) + (1 X 21) +
(1 X 20) = 710.
1.1.2. BILANGAN DESIMAL
Tentunya jenis bilangan ini sudah tidak asing lagi bagi kita semua.
Bilangan Desimal adalah jenis bilangan yang paling banyak dipakai dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga kebanyakan orang sudah akrab dengannya.
Bilangan desimal adalah bilangan yang terdiri atas 10 buah
angka(Berbasis 10), yaitu angka 0-9. Dengan basis sepuluh ini maka suatu angka
dapat dijabarkan dengan perpangkatan sepuluh. Misalkan pada angka 12310 = (1 X
102) + (2 X 101) + (1 X 100).
1.1.3. BILANGAN OKTAL
Bilangan oktal adalah bilangan dengan basis 8, artinya angka yang
dipakai hanyalah antara 0-7. Sama halnya dengan jenis bilangan yang lain,
suatu bilangan oktal dapat dikonversikan dalam bentuk desimal dengan
mengalikan suku ke-N dengan 8N. Contohnya bilangan 128 = (1 X 81) + (2 X 80) =
1010.
51.1.4. BILANGAN HEXADESIMAL
Bilangan hexadesimal merupakan bilangan yang berbasis 16. Dengan angka
yang digunakan berupa:
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F.
Dalam pemrograman assembler, jenis bilangan ini boleh dikatakan yang
paling banyak digunakan. Hal ini dikarenakan mudahnya pengkonversian bilangan
ini dengan bilangan yang lain, terutama dengan bilangan biner dan desimal.
Karena berbasis 16, maka 1 angka pada hexadesimal akan menggunakan 4 bit.
1.2. BILANGAN BERTANDA DAN TIDAK
Pada assembler bilangan-bilangan dibedakan lagi menjadi 2, yaitu
bilangan bertanda dan tidak. Bilangan bertanda adalah bilangan yang mempunyai
arti plus(+) dan minus(-), misalkan angka 17 dan -17. Pada bilangan tidak
bertanda, angka negatif(yang mengandung tanda '-') tidaklah dikenal. Jadi
angka -17 tidak akan akan dikenali sebagai angka -17, tetapi sebagai angka
lain.
Kapan suatu bilangan perlakukan sebagai bilangan bertanda dan tidak?
Assembler akan selalu melihat pada Sign Flag, bila pada flag ini bernilai 0,
maka bilangan akan diperlakukan sebagai bilangan tidak bertanda, sebaliknya
jika flag ini bernilai 1, maka bilangan akan diperlakukan sebagai bilangan
bertanda.
Pada bilangan bertanda bit terakhir (bit ke 16) digunakan sebagai tanda
plus(+) atau minus(-). Jika pada bit terakhir bernilai 1 artinya bilangan
tersebut adalah bilangan negatif, sebaliknya jika bit terakhir bernilai 0,
artinya bilangan tersebut adalah bilangan positif(Gambar 1.1).